Kamis, 08 Maret 2012

cerita dibalik kisah

Hidup adalah sebuah teka teki dari Tuhan. Tak seorangpun yang tau akan seperti apa hidupnya di hari esok dan hari nanti. Bisa jadi hidupnya akan menjadi lebih baik dan semakin baik, dan bisa jadi pula hidupnya akan mengalami fluktuasi. Begitupun denganku, banyak hal-hal tak terduga dan tak terbayangkan yang kualami dalam hidup ini. Sesuatu yang awalnya kuanggap 'yang terbaik' untukku justru bukanlah 'yang terbaik' dalam takdir Tuhan. Yah, mungkin awalnya aku sedikit kecewa dengan takdir tersebut, tapi setelah kujalani dengan ikhlas akhirnya aku menyadari bahwa takdir Tuhan selalu menjadi 'yang terbaik' untukku.

Aku beruntung karena Tuhan selalu menempatkanku di lingkungan yang baik dan mempertemukanku dengan orang-orang yang baik pula. Aku bersyukur, sangat sangat bersyukur. Dan untuk mewujudkan rasa syukurku itu aku selalu berusaha melakukan yang terbaik, aku tak ingin mengecewakan orang-orang terdekatku, orang-orang yang kusayangi. Tapi benarkah 'jalanku' ini tidak membuat orang yang kusayangi itu kecewa? Apakah mereka percaya bahwa 'jalanku' sekarang ini adalah 'jalan yang terbaik' untukku?

Dulu aku sangat percaya bahwa orangtua selalu tau apa yang terbaik buat anaknya. Sebut saja ketika memilih sekolah, orangtua pasti akan menyuruh anaknya masuk ke sekolah-sekolah terbaik agar anaknya pintar dan berhasil. Tak beda dengan apa yang dilakukan orangtuaku saat aku masuk SMP dan SMA dulu. Mereka menyuruhku masuk ke sekolah pilihan mereka walaupun hati kecilku menolak. Tapi akhirnya aku tetap saja terjebak dalam sekolah pilihan orangtuaku itu. Memang pada awalnya aku terpaksa, tapi lama-lama aku jadi menikmatinya karena di sekolah itulah aku menemukan jati diriku, jati diri yang membuatku sadar "siapa aku". Sekali lagi aku  bersyukur pada Tuhan melalui orangtuaku yang telah memilihkan sekolah terbaik untukku.

Sekarang aku telah melewati masa pencarian jati diri tersebut, aku telah menemukan "siapa aku" sebenarnya. Dan itu semua berkat didikan dari sekolah-sekolah ku dulu, sekolah yang awalnya kujalani dengan setengah hati tapi berakhir dengan indah dalam long term memory ku.

Takdir, semua yang telah kujalani dan semua yang telah kudapatkan ini, tak lepas dari takdir. Dan takdir juga lah yang membawaku ke sini, ke Fakultas Psikologi Unpad. Tak pernah terbesit dalam pikiranku untuk berada disini. Aku hanya menginginkan satu fakultas saja, yaitu kedokteran. Bahkan orangtuaku sangat mendukung impianku itu. Tapi ternyata, lagi-lagi takdir itu tak berpihak pada keinginanku. Aku juga bingung entah kenapa aku memilih psikologi Unpad dalam salah satu pilihanku di SNMPTN tulis. Ketidaksengajaan kah? Sepertinya bukan. Ini memang ditakdirkan untukku.

Dan lagi-lagi aku mengawali kehidupan baruku -sebagai mahasiswa- dengan setengah hati. Aku merasa asing di lingkungan baru ini, daerah Jatinangor. Aku juga merasa asing dengan orang-orang baru. Ingin rasanya kembali ke masa-masa SMA bersama teman-temanku yang sudah menyebar kemana-mana. Mungkin ini juga yang dirasakan teman-temanku di luar sana.

Kurang lebih 2 bulan menjalani kehidupan mahasiswa, aku mulai merasa nyaman. Terutama semenjak aku dekat dengan 3 orang teman yang sefikrah denganku. Aku masih ingat awal kedekatan kami, yaitu di masjid Fapsi sehabis solat zuhur. Kami saling berbagi cerita walaupun belum terlalu kenal. Dari cerita-cerita itulah kami menjadi dekat satu sama lain, bahkan sampai sekarang. Apalagi kami memiliki aktivitas dan kegiatan yang hampir sama setiap harinya. Aku jadi merasa memiliki saudara baru di Fapsi. Dan mereka juga yang membuatku tetap bertahan di fapsi Unpad ini.

Jujur saja, aku pernah berniat untuk mengulang mengambil FK di snmptn tahun ini, tapi karena aku telah memiliki mereka, aku mengurungkan niatku itu. Aku sudah fix disini. Aku akan menjalani kuliah ini dengan sepenuh hati, tidak akan setengah-setengah lagi. Aku akan buktikan pada orangtua dan keluargaku bahwa aku bisa berhasil walau tidak menjadi dokter sekalipun, bahwa psikologi adalah 'yang terbaik' yang ditakdirkan Tuhan untukku, bukan kedokternan. Aku mulai mencintai psikologi. Aku mulai mencintai kehidupan disini. Ya, sekarang aku sadar disinilah takdirku, inilah 'yang terbaik' untukku. Dan aku akan selalu bersyukur dengan takdir yang diberikan Tuhan padaku selama ini. Semoga Dia selalu memberkahi langkah-langkahku, sekarang dan nanti. Amin ^^



  ini dia psikopad '11








0 komentar:

Posting Komentar