Baru
sekarang aku menyadari bahwa sebenarnya hati tidak bisa dibolak balik, sekeras
apapun kau berusaha. Tidak ada yang namanya ‘bolak balik hati’ atau ‘jungkir
balik hati’. Yang ada hanyalah perubahan hati. Kau tahu, hati yang dulu sempat
kau singgahi tidak akan bisa kembali seperti dulu. Waktu terus berjalan, hidup
terus berlanjut, lalu hatimu pun akan terus berubah. Apa yang dulu kau rasakan
tidak akan pernah sama lagi. Apa yang dulu kau alami tidak akan terjadi lagi.
Semua akan terganti. Yang datang yang pergi yang terjadi yang berlalu hanya
akan tersimpan rapat dalam memori. Kau berharap semua akan kembali seperti dulu
lagi? Tidak. Jangan pernah. Karena hanya akan sia-sia saja. Percuma. Kau
berharap akan datang kesempatan kedua? Tidak mungkin. Tidak akan ada yang
namanya kesempatan kedua. Karena hidup hanya sekali. Mati pun sekali. Tidak ada
yang namanya reinkarnasi. Yang ada hanyalah kesempatan untuk berubah. Lakukan
yang terbaik yang bisa kau lakukan. Masa bodoh dengan semua yang menghalangimu.
Tetap berjuang. Karena keyakinan, kepercayaan pada Tuhan, akan membuat semua
menjadi indah. Bahkan masa lalu pun tidak lagi jadi penghalang untukmu meraih
masa depan. Yakinlah.
Senin, 13 Oktober 2014
Selasa, 09 September 2014
My Wall
Aku telah membangun sebuah tembok besar,
susah payah kubangun dari dulu kala. Aku jatuh bangkit sendirian agar tembokku
berdiri kokoh, tidak rapuh oleh panas matahari, tidak lapuk oleh hujan deras.
Aku telah memilih batu yang kuat, semen yang berkualitas bagus, cat yang
anti-air. Aku pikir dengan segala bahan berkualitas bagus aku bisa membangun
tembokku sendirian tanpa butuh bantuan orang lain. Aku pikir, campur tangan
orang lain hanya akan membuatnya susah, serba ribet dan bisa-bisa tembokku
tidak akan selesai cepat sesuai targetku. Tapi ternyata aku salah.
Aku melupakan satu sifat manusia yang
cukup berbahaya, khilaf. Pernah suatu kali, aku melihat ada celah kecil di
tengah-tengah tembok yang sedang kubangun. Awalnya kubiarkan saja celah kecil
itu, kupikir tidak akan berpengaruh besar pada tembokku nanti. Tapi aku lupa
kata pepatah “karna nila setitik rusak susu sebelangga”. Ya benar sekali,
karena celah setitik bisa rusak tembok semesta. Aku tidak memperhatikan celah
itu semakin lama semakin besar, mulai membentuk sebuah lubang kecil di
tengah-tengah tembok. Lalu, ternyata ada bermain di tengah-tengah lubang kecil
itu. Dia membuat lubangku semakin besar. Aku juga salah karena aku ikut bermain
dengannya. Aku melupakan proyek tembokku yang sebenarnya tinggal sedikit lagi
harus selesai sesuai target.
Tapi aku lalai. Mungkin saat itu aku juga
lelah membangun tembok sendirian. Aku hanya butuh rehat sejenak, bermain
sebentar, kupikir tidak akan masalah. Namun aku terlalu asik bermain, aku
terlalu lalai melihat lubang kecil di tengah tembok yang kubangun itu sudah
semakin besar. Kau tahu akibatnya jika ada lubang besar di tengah-tengah tembok
yang sedang dibangun? Bayangkan saja lubang itu semakin lama semakin besar,
sedangkan si tukang tidak juga memperbaiki lubang itu, malah membuat lubangnya
semakin besar, hingga akhirnya runtuhlah tembok yang sedang dalam pembangunan
itu.
Aku hanya terdiam terpaku melihat
reruntuhan tembokku. Belum juga selesai sudah runtuh saja. Aku menyesal. Aku
lalai. Aku hanya menuruti keinginan sesaat saja dan melupakan hal penting yang
seharusnya kulakukan. Tapi mau bagaimana lagi. Tembok sudah runtuh. Bahan-bahan
juga sudah hampir habis. Mau tidak mau aku harus mulai dari awal lagi. Aku harus
mencari bahan-bahan yang lebih bagus lagi. Dan yang terpenting, aku tidak akan
lalai lagi. Aku harus janji pada diriku sendiri. Komitmen.
Just Let Me...
Biarkan aku sakit, agar aku tahu cara
untuk mengobati diri.
Biarkan aku jatuh, agar aku tahu cara untuk
berdiri.
Biarkan aku terpuruk, agar aku tahu cara
untuk bangkit kembali.
Biarkan aku menangis, agar aku tahu cara
untuk menenangkan diri.
Dan biarkan aku patah hati, agar aku tahu
cara untuk jatuh cinta lagi.
Minggu, 30 Maret 2014
Pohon dan Kepompong
Setelah kematian yang tidak adil,
tidak ada yang perlu dikatakan
Tidak ada sama sekali.
Sebagaimana kecantikan,
dari cabang pohon zaitun,
tergantung sebuah kepompong kecil
berwarna zamrud.
Besok dia akan menjadi kupu-kupu,
dibebaskan dari kepompong itu.
Pohon itu senang
melihat kepompong telah tumbuh,
tapi diam-diam, ia ingin agar kepompong itu
bersamanya sedikit lebih lama.
"Selama dia ingat padaku, yang
melindunginya dari hembusan angin,
menyelamatkannya dari semut".
"Tapi besok dia akan pergi, untuk
berhadapan dengan predator dan cuaca buruk".
Malam itu, kebakaran melanda hutan,
dan kepompong
tidak pernah menjadi kupu-kupu.
Saat fajar, di tengah abu yang dingin,
pohon itu masih berdiri,
tetapi hatinya telah hangus,
terluka oleh api,
terluka oleh kesedihan.
Sejak saat itu,
ketika seekor burung hinggap di pohon,
pohon itu mengatakan tentang kepompong yang
tidak pernah terbangun.
Ia membayangkan, sayapnya membentang,
melayang di langit yang biru jernih,
menikmati madu bunga dan kebebasan,
Saksi yang bijaksana
tentang cerita cinta kita.
source : Monsieur Lazhar
Jumat, 07 Maret 2014
#SH
"you see, but you don't observe"
S.H
Absolutely you're right Mr.Sherlock, kita seharusnya mengamati, tidak hanya melihat. Dengan begitu, kita terlatih untuk peka dan empati terhadap sekitar.
S.H
Absolutely you're right Mr.Sherlock, kita seharusnya mengamati, tidak hanya melihat. Dengan begitu, kita terlatih untuk peka dan empati terhadap sekitar.