Senin, 13 Oktober 2014

Bolak Balik Hati (?)

Baru sekarang aku menyadari bahwa sebenarnya hati tidak bisa dibolak balik, sekeras apapun kau berusaha. Tidak ada yang namanya ‘bolak balik hati’ atau ‘jungkir balik hati’. Yang ada hanyalah perubahan hati. Kau tahu, hati yang dulu sempat kau singgahi tidak akan bisa kembali seperti dulu. Waktu terus berjalan, hidup terus berlanjut, lalu hatimu pun akan terus berubah. Apa yang dulu kau rasakan tidak akan pernah sama lagi. Apa yang dulu kau alami tidak akan terjadi lagi. Semua akan terganti. Yang datang yang pergi yang terjadi yang berlalu hanya akan tersimpan rapat dalam memori. Kau berharap semua akan kembali seperti dulu lagi? Tidak. Jangan pernah. Karena hanya akan sia-sia saja. Percuma. Kau berharap akan datang kesempatan kedua? Tidak mungkin. Tidak akan ada yang namanya kesempatan kedua. Karena hidup hanya sekali. Mati pun sekali. Tidak ada yang namanya reinkarnasi. Yang ada hanyalah kesempatan untuk berubah. Lakukan yang terbaik yang bisa kau lakukan. Masa bodoh dengan semua yang menghalangimu. Tetap berjuang. Karena keyakinan, kepercayaan pada Tuhan, akan membuat semua menjadi indah. Bahkan masa lalu pun tidak lagi jadi penghalang untukmu meraih masa depan. Yakinlah.

Selasa, 09 September 2014

My Wall



Aku telah membangun sebuah tembok besar, susah payah kubangun dari dulu kala. Aku jatuh bangkit sendirian agar tembokku berdiri kokoh, tidak rapuh oleh panas matahari, tidak lapuk oleh hujan deras. Aku telah memilih batu yang kuat, semen yang berkualitas bagus, cat yang anti-air. Aku pikir dengan segala bahan berkualitas bagus aku bisa membangun tembokku sendirian tanpa butuh bantuan orang lain. Aku pikir, campur tangan orang lain hanya akan membuatnya susah, serba ribet dan bisa-bisa tembokku tidak akan selesai cepat sesuai targetku. Tapi ternyata aku salah.
Aku melupakan satu sifat manusia yang cukup berbahaya, khilaf. Pernah suatu kali, aku melihat ada celah kecil di tengah-tengah tembok yang sedang kubangun. Awalnya kubiarkan saja celah kecil itu, kupikir tidak akan berpengaruh besar pada tembokku nanti. Tapi aku lupa kata pepatah “karna nila setitik rusak susu sebelangga”. Ya benar sekali, karena celah setitik bisa rusak tembok semesta. Aku tidak memperhatikan celah itu semakin lama semakin besar, mulai membentuk sebuah lubang kecil di tengah-tengah tembok. Lalu, ternyata ada bermain di tengah-tengah lubang kecil itu. Dia membuat lubangku semakin besar. Aku juga salah karena aku ikut bermain dengannya. Aku melupakan proyek tembokku yang sebenarnya tinggal sedikit lagi harus selesai sesuai target.
Tapi aku lalai. Mungkin saat itu aku juga lelah membangun tembok sendirian. Aku hanya butuh rehat sejenak, bermain sebentar, kupikir tidak akan masalah. Namun aku terlalu asik bermain, aku terlalu lalai melihat lubang kecil di tengah tembok yang kubangun itu sudah semakin besar. Kau tahu akibatnya jika ada lubang besar di tengah-tengah tembok yang sedang dibangun? Bayangkan saja lubang itu semakin lama semakin besar, sedangkan si tukang tidak juga memperbaiki lubang itu, malah membuat lubangnya semakin besar, hingga akhirnya runtuhlah tembok yang sedang dalam pembangunan itu.
Aku hanya terdiam terpaku melihat reruntuhan tembokku. Belum juga selesai sudah runtuh saja. Aku menyesal. Aku lalai. Aku hanya menuruti keinginan sesaat saja dan melupakan hal penting yang seharusnya kulakukan. Tapi mau bagaimana lagi. Tembok sudah runtuh. Bahan-bahan juga sudah hampir habis. Mau tidak mau aku harus mulai dari awal lagi. Aku harus mencari bahan-bahan yang lebih bagus lagi. Dan yang terpenting, aku tidak akan lalai lagi. Aku harus janji pada diriku sendiri. Komitmen.

Just Let Me...



Biarkan aku sakit, agar aku tahu cara untuk mengobati diri.
Biarkan aku jatuh, agar aku tahu cara untuk berdiri.
Biarkan aku terpuruk, agar aku tahu cara untuk bangkit kembali.
Biarkan aku menangis, agar aku tahu cara untuk menenangkan diri.
Dan biarkan aku patah hati, agar aku tahu cara untuk jatuh cinta lagi.


Minggu, 30 Maret 2014

Pohon dan Kepompong



Setelah kematian yang tidak adil,
tidak ada yang perlu dikatakan
Tidak ada sama sekali.
Sebagaimana kecantikan,
dari cabang pohon zaitun,
tergantung sebuah kepompong kecil
berwarna zamrud.

Besok dia akan menjadi kupu-kupu,
dibebaskan dari kepompong itu.
Pohon itu senang
melihat kepompong telah tumbuh,
tapi diam-diam, ia ingin agar kepompong itu
bersamanya sedikit lebih lama.
"Selama dia ingat padaku, yang melindunginya dari hembusan angin,
menyelamatkannya dari semut".
"Tapi besok dia akan pergi, untuk berhadapan dengan predator dan cuaca buruk".

Malam itu, kebakaran melanda hutan,
dan kepompong
tidak pernah menjadi kupu-kupu.

Saat fajar, di tengah abu yang dingin,
pohon itu masih berdiri,
tetapi hatinya telah hangus,
terluka oleh api,
terluka oleh kesedihan.

Sejak saat itu,
ketika seekor burung hinggap di pohon,
pohon itu mengatakan tentang kepompong yang tidak pernah terbangun.
Ia membayangkan, sayapnya membentang,
melayang di langit yang biru jernih,
menikmati madu bunga dan kebebasan,
Saksi yang bijaksana
tentang cerita cinta kita.

source : Monsieur Lazhar

Jumat, 07 Maret 2014

#SH

"you see, but you don't observe"
S.H

Absolutely you're right Mr.Sherlock, kita seharusnya mengamati, tidak hanya melihat. Dengan begitu, kita terlatih untuk peka dan empati terhadap sekitar.